Hancur semua! Hancur! Pertama kali tiba di bandara Mutuara Sis Al Jufri, air mata ini tak dapat dibendung. Kehancuran separuh bagian bandara nyata di depan mata. Saya cubit beberapa kali tangan ini untuk memastikan bahwa apa yang saya lihat bukan mimpi. Bang Eddy, sahabat saya yang menjemput. Dia telah menemani semua rangkaian liputan sejak 2016 lalu, saat isu teroris, kelompok Santoso menyeruak. Saya peluk dia, sambil menangis, seakan-akan musibah itu juga menimpa saya. "Kau belum lihat jembatan kuning sekarang?" Kata Bang Eddy. Kami akhirnya coba untuk melihat seisi kota pasca gempa. Kaki saya gemetar, bahkan ketika melihat pesisir pantai, tempat biasanya kami menghabiskan sore usai liputan. Mobil bisa-bisanya sampai ke atap rumah, bangunan di pesisir yang masih berdiri, turun sekitar 1 meter. Palu Grand Mall tempat kami menghibur diri usai liputan panjang di Poso, sebagian hancur. Padahal tahun lalu, saat tiba untuk meliput Tour de Central Cele...