Dia, berjalan jauh sekali dari zona nyamannya. Mencari Sean O'Connell, fotografer majalah Life, untuk tahu keberadaan negatif film, yang akan dijadikan foto edisi terakhir muka majalah Life dalam bentuk cetak. Senjakala media cetak terekam dalam film favorit saya yang tayang perdana 2013 lalu.
Saya punya kesempatan untuk bisa merasakan sensasi perjalanan yang dirasakan Walter Mitty. Bukan ke Greenland, Iceland, atau bahkan Himalaya. Tetapi, di Indonesia. Saya coba bandingkan, perjalanannya, dengan perjalanan saya. Foto bagian atas adalah gambar yang didapat dari Film The Secret Life of Walter Mitty, produksi 20th Century Fox, dan bagian bawah adalah foto-foto hasil perjalanan saya selama ini yang kebetulan serupa.
Mari kita mulai petualangannya
Kala Walter Mitty, tiba di Bandara Nuuk, Greenland, saya juga tiba di Bandara Rembele, Takengon.
Foto di atas adalah Bandara Nuuk di dalam film, sementara foto di bawah, adalah Bandara Rembele di dalam "film kehidupan" yang saya buat sendiri.
Bedanya, saya mampir ke Kedai Kopi keliling yang mobilnya parkir di depan Bandara.
Sebelumnya, lagu dari Arcade Fire, berjudul wake Up, mengiringi perjalanan Walter Mitty, begitupun saya, saat melihat dari ketinggian.
Di atas adalah Greenland, yang bawah, Danau Laut Tawar. Anggaplah mirip.
Ketika Walter Mitty, berebut sepeda setibanya di Iceland, saya cukup jalan saja, di Jalan yang membelah Lembah Napu.
Oh, tentu pemandangan sekelilingnya tidak luput, suasana yang sama, saya temukan di tepi Danau Laut Tawar, Takengon.
Masih jalan panjang yang sama, jika di Iceland terdapat warna hijau tua dengan semburat cokelat dan emas, di Palu, terdapat perbukitan menuju Gong Perdamaian, yang suasananya hampir sama.
Gowesan sepeda Walter Mitty makin kencang di jalan beraspal halus. Saya punya pemandangan lain, di Wamena, Papua. Bedanya, muncul pelangi tiba-tiba sebagai bonusnya.
Kemudian, di tengah jalan, ada sekumpulan anak yang mengajak saya tertawa bersama, sambil minta kembang gula.
Bagaimana dengan bukit dan lembah? Iceland kaya dengan itu, begitupun Wamena.
Saat jalanan naik turun di Islandia, Tojo Una-una punya jalan berliku. Dia naik sepeda, saya mulai lari, bahkan lompat.
Karena laju sepeda terlalu cepat, Walter Mitty jatuh di tanah bebatuan, ketika itu, saya beristirahat sejenak meluruskan kaki, di bebatuan Trans Papua dari Wamena menuju Distrik Mbua.
Dia, mulai melihat ke bawah, hamparan lembah dan pegunungan di sekelilingnya, begitupun dengan saya yang berdiri, melihat puncak Trikora dari kejauhan.
Saat Iceland menghijau, di Papua justru kering namun berkabut, saya pilih berada di papua.
Ini bagian kesukaan saya, saat Walter Mitty akhirnya mendapatkan Longboard dengan menukar Armstrong. Dia meluncur di jalan, saya berlari di lembah Napu.
Akhirnya dia berhasil menemukan letak keberadaan Sean O'Connell, di Himalaya. Papua juga punya pemandangan yang tak kalah indahnya.
Foto-foto yang saya kumpulkan ini berawal dari 2015 hingga 2017. Takengon, Wamena, dan Napu, adalah tiga tempat favorit saya di Indonesia. Greenland, Iceland, dan Himalaya, belum pernah saya kunjungi, namun, melihat beberapa tempat di Indonesia yang begitu rupawan seperti senyummu, bisa jadi merubah pandanganmu tentang bagaimana sebuah perjalanan itu harus dimulai dan selesai dengan misi-misi tertentu yang harus dijalani. Sedikit fantasi, untuk meramu hidupmu agar tidak basi.
Sedikit fiksi untuk harimu agar tidak kaku. Maka, telusuri Indonesia, agar kita bisa kenal banyak hal di luar zona nyaman kita.
Comments
Post a Comment