Sejak awal tahun hingga bulan ketujuh, tulisan saya di sini semacam menyesap memori yang sudah corrupt dan di-restore kembali menjadi bagian utuh.
Jika sebelumnya adalah puzzle, dengan menulis, saya bisa meraih semua yang sempat terenggut.
Jadi, mungkin ini tulisan ‘terapi’ terakhir. Karena Silvano, atau siapapun pasti akan berevolusi menjadi manusia dalam versi terbaiknya.
—
I wanna punch myself if I remember stupid things I’ve done before. Seriously.
Tahun ini saya menyadari ada semacam rem…yang entah kenapa bilang dan membisiki saya “Stop…macam kau paling benar saja.” Setiap kalo saya ingin mengungkapkan sesuatu tentang sebuah kejadian yang meresahkan.
Beberapa kali saya menghitung kadang lepas kontrol dalam bertindak, menyakiti hati seseorang, memang jahat sekali mulut dan perilaku orang ini.
But it’s okay, I will always evolve to be a better men. Not better than you, but better than I was.
And that’s how life must begin with acceptance. Berapa kali saya tak bisa tidur mengingat kesalahan yang saya lakukan sepanjang hari.
Terseliplah kalimat “Silvano, terima kasih.” Dari situ sedikit tenang.
Dan kembali tidur membayangkan seseorang yang mungkin merindukan kehadiran saya pada malam-malam sebelum dan sesudah kami bersua.
Comments
Post a Comment